Label

Sabtu, 03 Februari 2024

Revitalisasi Peran Kader HMI; Refleksi Perjalanan Panjang Organisasi

Oleh: Sahrul Takim (Mantan Ketua Umum HMI Cabang sanana Periode 2012-2013)


Tulisan Singkat Ini Sekedar pengatar bagi kader HMI Cabang Sanana untuk tetap berbangga sebagai kader HMI namun tak luput dari ikhtiar dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai manusia pilihan Tuhan yang di takdirkan berhimpun dalam wadah tercinta (HMI Cabang Sanana).

Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi kader. Berarti dibalik pemaknaan memiliki konsentrasi beban perkaderan di setiap derap aktivitas, segala tindakan organisasi akan selalu memiliki kesesuaian dengan plat form perkaderan, untuk terus membentuk kader HMI sesuai tujuan. Di era kontemporer saat ini, revitalisasi model perkaderan harus terus di lakukan untuk menjawab tantangan pengembangan sumber daya organisasi juga sebagai ikhtiar untuk menjawab tantangan sosio cultural yang terus berkembang di republik ini.

Sebagai organisasi mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Islam dalam usahanya untuk mewujudkan pola perkaderan dalam membentuk profil kader yakni insan muslim, intelektual profesional harus konsekuen. Oleh karena itu, seluruh aktivitas organisasi mesti menjadi media bagi pengembangan potensi dalam rangka mencapai tujuan HMI. Yakni “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi, Yang bernafaskan Islam dan Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur Yang Diridloi Allah Subhaanahu Wata’ala”. (lihat mission HMI pasal 4 AD HMI).

Menjadi kewajaran sejarah bahwa HMI ingin menampilakan kader-kader terbaik yang memiliki keseimbangan antara iman sebagai dasar berpijak dalam melakukan seluruh aktifitasnya, sementara ilmu pengetahuan atau profesionalitas akademisnya sebagai sarana penerjemahan nilai-nilai ajaran islam ke dalam kehidupan nyata dan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (lihat usaha HMI).
Kakanda Akbar Tanjung dan Nurcholish Madjid pernah mengatakan kepada saya dalam tulisan mereka bahwa kiprah HMI dalam perjuangannya terlihat sangat aktif, melebihi organisasi mahasiswa yang lain. Dimana HMI telah 50 tahun lebih menghadirkan dirinya di tengah-tengah masyarakat Indonesia, sehingga kedua senior itu pun mengungkapkan bahwa tidak berlebihan kalau dikatakan sejarah HMI adalah bagian logis dari sejarah bangsa Indonesia (dalam Ali, 1997; Madjid, 1990).

HMI adalah organisasi besar, organisasi tertua di Indonesia, kaya pengalaman, pencetak para raksasa intelektual, banyak anggota dan alumni dan sebagainya. Namun tak keadaan itu membuat kader HMI pasif dan hanya membanggakan, justeru sebaliknya, keberhasilan itu harus di kritik untuk ada temu baru format perjuangan organisasi.
Meminjam ungkapan pengamat politik Fachry Ali (1996), pandangan-pandangan semacam ini seharusnya senantiasa dikritisi jikalau tidak menghendakinya menjadi sekedar mitos. Mitos berarti suatu bentuk kepercayaan berlebihan tetapi kosong tanpa isi.
Hal yang diungkapkan Fachry Ali hendaknya dimaknai bersama oleh seluruh kader HMI sebagai upaya refleksi Kritis untuk merancang blue printbatau peta jalan dalam menghadapi persoalan-persoalan kontemporer dewasa ini baik secara intra dan ekstra organisasi. 

Untuk itu, HMI harus terlebih dahulu mengetahui dimana posisinya saat ini. Bahwa tanpa menyadari posisi HMI sekarang lewat refleksi sosiologis historis maka HMI hanya akan mengalami kegagalan dalam melihat kenyataan yang ada. HMI harus mampu mendeskripsikan lagi perjalanan organisasinya untuk dapat meningkatkan keunggulan komparatif dalam memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya sekaligus eksis di tengah-tengah gerakan-gerakan sosial masyarakat yang sangat akseleratif.

Secara teknis upaya untuk mewujudkan pencapaian missi organisasi harus di letakkan secara operasional dalam rancangan program dalam semua jenjang organisasi dari komisariat hingga PB-HMI berdasarkan tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) masing-masing. Kesadaran organisasi itulah yang berimplikasi pada setiap kader agar memposisikan diri sebagai penangggung jawab atas pencapaian program yang telah di tetapkan secara bersama, bukan menyara nyaman dengan jabatan tanpa memikirkan tanggung jawab.

Pertanyaan yang mesti sedari awal tulisan ini adalah, apa yang harus di lakukan sebagai kader HMI dalam upaya mereposisi diri ditengah kondisi sosial yang terus dinamis?
Kadang pertanyaan konyol seperti ini sering di abaikan pemaknaannya secara epistemologis sehingga dampaknya terhadap sikap kader dalam perilaku organisasi terlihat hanya menjalankan ritual organisasi tanpa substansi. Setidaknya pokok-pokok pikiran kaitannya dengan peran kader HMI saat ini dalam menjawab masa depan mesti di kemukakan secara terus menerus untuk di ketahui dan ditemukan arah perjuangan yang relevan. Dengan demikian akan membentuk pemahaman sekaligus otokritik terhadap perilaku kader dalam menjalankan amanah organisasi.

Mendahului jawaban atas masalah tersebut dengan Mengutip Pikiran Kanda Sumardi Evalue (Mantan Wasekbid PA PB HMI, Master of training LK-II HMI Cabang Sanana Periode 2010-2011) dalam pokok pikirannya tentang profil kader HMI, menguraikan epistemologi kader HMI dan perannya" bahwa dalam batang tubuh organisasi kader memiliki fungsi tersendiri yaitu sebagi tenaga penggerak organisasi, sebagai calon pemimpin dan sebagai benteng organisasi.
Secara kualitatif seorang kader mempunyai kesanggupan bekerja dan berkorban yang lebih besar dari anggota biasa. Kader itu adalah anggota inti, kader merupakan benteng bagi “serangan” dari luar serta perisai bagi penyelewengan dari dalam. Secara internal kader merupakan Pembina yang tidak berfungsi sebagai pimpinan. Kader adalah tenaga penggerak organisasi yang memahami sepenuhnya dasar dan idiologi perjuangan, ia mampu melaksanakan program perjuangan secara konsekwen di setiap waktu, situasi dan tempat. Terbina oleh fungsinya itu, untuk menjadi kader yang berkualitas, setiap anggota harus menjalani pendidikan, latihan dan praktikum baik di HMI maupun di luar HMI. 

Dari definisi di atas setidaknya terdapat tiga ciri yang terintegrasi dalam diri seorang kader. Atau profil kader HMI.
Pertama : Seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi. Kader mengenal ideologi organisasi seperti Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP). Dari segi oprasionalisasi organisasi, kader HMI selalu berpegang teguh dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) HMI, pedoman perkaderan dan aturan pokok lainnya.
Kedua : Seorang kader mempunyai komitmen yang tinggi secara terus menerus, konsisten dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Tanpa ada tawar-menawar kepentingan atau berselingkuh dengan kekuasaan ditengah hempitan ekonomi masyarakat.
Ketiga : Seorang kader memiliki bakat dan kualitas sebagai tulang punggung yang mampu menyangga kesatuan kumpulan manusia yang lebih besar atau anggota organisasi. 

Jadi, focus seorang kader HMI yang paling utama terletak pada kualitas bukan hanya soal kuantitas. Kader HMI adalah anggota HMI yang telah menjalani proses perkaderan sehingga mempunyai ciri kader, yang memiliki integritas kepribadian yang utuh, beriman, berilmu, dan beramal saleh. Sehingga selalu siap mengemban tugas dan amanah dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam uraian tersebut maka identitas yang disandang selaku kader HMI akan berbanding lurus dengan konsekuensi sebagai kader dalam menjalankan tugas fungsi organisasi. Spesifikasi wujud profil kader HMI dan tugasnya sebagai insan kamil mestinya terinternalisasi pada pribadi seorang kader yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan sebagaimana tergambar dalam 5 kalitas insan cita HMI.

Lantas setelah mengetahui sosok kader HMI dan tugas akademis-sosiologis selebihnya Kader-kader HMI dituntut untuk menyadari posisinya sebagai masyarakat yang mesti memiliki pendidikan setinggi-tingginya, berwawasan luas, bermoral baik, berpikir rasional, kritis dan objektif sekaligus bertanggung jawab atas terciptanya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT. Sehingga kader HMI tidak hanya sekedar "tidur" dan bersemedi di kantor-kantornya (sekretariat) akan tetapi HMI hadir bersama kaum mustad'afin  membangun peradaban yang kuat.
Jika HMI tidak segera berubah atau keluar dari zona nyaman maka HMI lambat laun akan semakin tersingkir dari dinamika perubahan yang kompleks dimana HMI akan menjadi organisasi yang hanya mampu bertahan di pinggiran (pherifery) di tengah kondisi masyarakat yang terus berkembang  maju dan mengalami banyak perubahan.

Dalam arti ber-HMI secara kontekstual bukan secara tekstual. Zaman sekarang, Kader-kader HMI saat ini dituntut untuk tidak hanya menggantungkan eksistensinya pada kebesaran seniornya, berlindung di balik jubah keagungan sejarah HMI yang tidak dibuatnya namun ia terus asyik memparasitkan diri dan menghisap keberkahan darinya. Jika tidak, maka benar inilah potret kader HMI yang kehilangan jiwa kritisismenya, tuli terhadap memory of future (cita-cita masa depan) dan mengambil sikap resist to change (menolak perubahan).

Dalam konteks ini, almarhum kanda Nurcholish Madjid pernah memberikan peringatan keras menjelang Kongres ke-23 HMI di Balikpapan tahun 2002. Dengan mengatakan bahwa apabila HMI tidak dapat melakukan perubahan, lebih baik membubarkan diri saja karena beliau melihat bahwa relevansi HMI bagi masa kini dan apalagi masa depan sudah jauh berkurang, kalaupun bukannya tidak ada lagi. HMI tidak lagi menjadi elemen penggerak kemajuan melainkan kekuatan status quo dan bahkan sebaliknya menggerakkan pada suatu kemunduran.
Peringatan ini selayaknya dijadikan shock therapy bagi setiap kader HMI, dengan harapan, HMI mampu melakukan perubahan terhadap dirinya.

Dari sini diharapkan muncul semangat juang kader untuk mengembalikan HMI pada perannya sebagai organisasi perjuangan dan fungsinya sebagai organisasi kader yang dijalankan semestinya. Mengingat kondisi HMI kekinian yang semakin menua dengan tantangan yang tentu semakin berat. Jadi, walaupun berbeda setting waktu dan situasi ketika HMI lahir 5 Februari 1947 dengan saat ini, namun orientasi, peran dan fungsi semestinya tetap dipegang teguh. Untuk menjawab persoalan keumatan dan kebangsaan dengan cara-cara yang tentu relatif berbeda. Sebab Perjuangan HMI kini jelas bukanlah angkat senjata/ bambu runcing atau dihadapkan secara lansung dengan imperialisme penjajah, maupun gerakan komunis secara fisik (dalam Abdulrahman, 2008).

Melihat kondisi nyata HMI saat ini, serta tantangan internal dan eksternal yang dihadapi sangat kompleks, maka sudah barang tentu keberadaan HMI di masa depan sebagaimana diungkapkan sejarawan HMI, Almarhum Prof. DR. H. Agussalim Sitompul (2008) yang sering di sapa kader hmi dengan sebutan BANG AGUS, ada tiga kemungkinan:
Pertama, HMI akan tetap eksis dan bangkit kembali dari kemunduran dan keterpurukan yang melanda selama lebih kurang 25 tahun. Hal ini dapat dicapai apabila HMI mampu melakukan perubahan, dengan agenda-agenda perubahan mendasar yang selama ini pondasi-pondasi penyangga HMI.
Kedua, HMI Status Qou. Keberadaan HMI akan tetap seperti sekarang dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Hal ini akan terjadi manakala HMI enggan melakukan perubahan, dan tantangan yang dihadapinya tak kunjung terselesaikan. Bahkan kondisi saat ini akan lebih parah lagi untuk masa-masa mendatang, apabila HMI tetap merasa dirinya sebagai organisasi mahasiswa terbesar dan tertua di Indonesia sebagai kesombongan historis yang kini menghinggapinya. Lebih dari pada itu HMI tidak mau mendengar dan memperhatikan kritik yang konstruktif baik dari luar maupun dari intern HMI yang banyak dialamatkan pada HMI. Dimana kritikan dan saran perbaikan itu oleh PB HMI, Badan Koordinasi, Cabang-cabang, Koordinator Komisariat dan Komisariat-komisariat HMI di seluruh Indonesia dianggap angin lalu saja.
Ketiga, HMI akan hilang dari peredaran (untuk tidak dikatakan bubar). Hal ini terlihat dimana hingga kini belum ada tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan yang semestinya sesuai dengan tuntutan kontemporer.

Tentunya sebuah harapan besar akan perubahan telah menanti. Maka keden diharapkan HMI mampu dengan segenap alasan agar segera berbenag untuk kembali bangkit dan berperan sesuai semangat historinya, kembali api semangat 5 Februari, menjawab kebutuhan kader secara internal dan masyarakat secara eksternal. Meminjam ungkapannya Sulastomo (2008) sebagai kader umat dan kader bangsa guna mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

Dari cikal bakal visi, Missi HMI dan plan actionnya dalam bentuk Program Kerja untuk menjawab tipologi kader masa depan sesuai iklim zamannya, terlepas dari peran keumatan dan kebangsaan maka tumpuan perkaderan wajib hukumnya dapat membentuk tipologi kader, sebagaimana tambahan pikiran kanda Sumardi Evulae bahwa tanggungjawab perkadran masadepan mesti dapat mewujudkan Tipe Konseptor Tipe Solidarity Maker Tipe Problem Solving Tipe Administrator atau pelaksana, dan Tipe Negarawan.
Sanana, 3 Februari 2024.
Wallahu Alam Bissawab.

Akhirnya Saya Mengucapkan Selamat Milad Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ke 77 Tahun.
Kini HMI yang telah tiga perempat abad berdiri, harus lebih kreatif, responsif, revolusioner, terus komitmen dan konsisten terhadap spirit 5 Februari 1947 (alasan lekahiran HMI), memiliki kepekaan Nalar terhadap kondisi umat dan bangsa, progresif, independent, modern dan menjadi Harapan Masyarakat Indonesia.

Semoga melalui rahim perkaderan HMI, terus melahirkan anak emas yang mampu mengembalikan kejayaan HMI sebagai Poros Pemikiran dan Gerakan Keislaman, Keindonesiaan yang Modern dan Moderat.

Rabu, 17 Oktober 2012

FORUM BERSAMA HMI-PMII-PEMUDA PANCASILA KABUPATEN KEPLAUAN SULA

PERNYATAAN SIKAP

            Semangat kehadiran sebuah Kabupaten telah diketengahkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah bahwa dalam rangka penyelenggaraan daerah sesuai dengan semangat UUD 1945, Pemerintah Daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantu di arahkan untuk mempercepat terwujud  kesejahtraan masyarakat dalam rangka peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, kepastian dan kemanfaatan hukum serta asas demokrasi.
            Secara regulatif telah membuka ruang selebar-lebarnya untuk adanya peran serta masyarakat dalam mengawal pembangunan Daerah namun cita-cita ideal mengenai partisipasi masyarakat dalam Pembangunan Daerah sangatlah jauh dari praktek pemerintahan di Kabupaten Kepulauan Sula. Pemerintah Daerah sebagai alat Negara mempunyai hak dan kewajiban melindungi, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengembangkan kehidupan demokrasi, mewujudkan keadilan dan pemerataan masyarakat agar secara bersama-sama terlibat dalam mewujudkan kaesejahtraan dan  ketertiban, malah berbalik menjadi mahluk raksasa yang menerkam rakyatnya sendiri.
            Legitimasi kekuasaan di jadikan alat untuk menyengsarakan rakyat dengan dalih-dalih murahan, konyol dan tidak bertanggung jawab. Pernyataan tersebut terbukti dengan sikap Pemerintahan Daerah Kabupaten Kepulauan Sula terhadap aksi Demonstrasi Himpunan Pelajar Mahasiswa Sula (HPMS) Cabang Kepulauan Sula pada Tanggal 18 Juni Tahun 2012 kemarin yang menuntut ketegasan dan kejelasan hukum mengenai tudingan indikasi korupsi Masjid Raya dan Jembatan Waikolbota yang di alamatkan kepada Bupati Kepulauan Sula dengan alasan agar tidak menjadi issue negatif atau menjadi peradilan opini bagi masyarakat.
Dalam aksi tersebut tidak mendapat respon yang baik dari pihak terkait dan juga kejelasan hukum di tambah lagi dengan beban gerakan demostrasi sebelumnya yang tidak di akomodir membuat masa aksi kecewa dan melampiaskan dengan merusakkan baliho Bupati Kepulauan Sula, namun itu lah konsekuensi demokrasi yang dipandang sangat wajar dari aspek psikologis dan sosiologis suatu gerakan karna tidak terencana, spontan dan dilakukan demi kepentingan umum.
Tetapi Pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Sula lewat Ketua Panitia Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Kepulauan Sula ke 9 yang merangkap jabatan di Daerah sebagai Asisten III yakni Bapak Saleh Marasabesy dengan ketidak cerdasan dalam melihat masalah ini justru mengambil tindakan yang merusak Citra PEMDA Kepulauan Sula dengan melaporkan tindakan tersebut ke pihak Kepolisian Resort Kepulauan Sula dengan keinginan  agar pihak yang melakukan pengrusakan di penjara. Tetapi justru dengan langkah tersebut malah terkesan PEMDA Kepulauan Sula tidak bijak dan demokratis menyelesaikan masalah yang sangat kecil, sepeleh dan sering terjadi di Daerah lain.
Langkah yang di tempuh oleh Ketua Panitia HUT Kabupaten Kepulauan Sula ke 9 seolah membuat PEMDA Kepulauan Sula seperti Kerajaan yang terlihat sangat seram dengan kekuasaan untuk membunuh rakyat. Apalagi terindikasi adanya permainan politik sehingga membuat Mahasiswa yang terlibat dalam gerakan tersebut di jerat dengan pasal 170 dan 406 KUHP. Memandang modus kasus ini sangat tidak wajar dan penuh dengan muatan politik maka kami yang terlibat dalam forum bersama OKP Kepulauan Sula merasa berkepentingan untuk meluruskan masalah ini karna eksistensi mahasiswa merupakan corong perubahan dalam menyuarakan sebuah pendapat menjadi suatu mata rantai dalam menangkap kegelisahan masyarakat dan berbunyi dengan teriakan konstruksi yang sama. Mesti terbentuk suatu paradigma bahwa hadirnya gerakan mahasiswa merupakan saudara kandung dari reformasi oleh karena itu memandulkan gerakan mahasiswa sama dengan mematikan reformasi atau tak faham akan reformasi.

Bertolak dari kasuistik tersebut maka kami berhimpun diri dalam Forum Bersama OKP Kepulauan Sula Menyatakan Sikap:
1.      Meminta Kepada Kejaksaan Tinggi Negeri Sanana agar tuntutan terhadap Mahasiswa yang melakukan demostrasi lewat wadah HPMS Cabang Kepulauan Sula Mengenai kasus pengerusakan baliho Bupati Kepulauan Sula segera di Deponering (SP3-Kan) karena motif pengerusakan itu adalah bagian dari perjuangan untuk kepentingan umum.
2.      Mendesak kepada Kejaksaan Tinggi Negeri Sanana agar mengkaji ulang Pasal penuntutan buat pelaku pengrusakan baliho Bupati Kepulauan Sula yakni Pasal 170 ayat  1 dan Pasal 406 ayat 1 dan 2 Jo 55 KUHP dengan hukuman 5 (Lima) Tahun Penjara karna setelah di analisis dan di pandang tidak relevan sebab tidak mempertimbangkan aspek sosiologis dan psikologis gerakan massa.
3.      Meminta Kepada Kejaksaan Tinggi Negeri untuk mempertimbangkan objek barang (baliho) yang di rusakkan oleh masa demonstrasi, di mulai dari ijin pemasangan hingga masa penertiban karna kami memandang baliho yang di rusakkan telah habis masa aktifnya (kadalwarsa).
4.      Mendesak Kepada Kejaksaan Tinggi Negeri Sanana agar lebih independen dalam menangani setiap kasus termasuk kasus pengrusakan baliho Bupati Kepulauan Sula sebab diduga terdapat interfensi politik kekuasaan yang mencoba mencelakakan mahasiswa tersebut karna kami yakin Kejaksaan Tinggi Negeri Sanana bisa menanganinya dengan baik.
5.      Jika penuntutan kami di atas tidak terpenuhi maka kami akan mengambil tindakan lain dengan melakukan mosi tidak percaya kepada lembaga penegakan hukum di Kepulauan Sula baik secara fertikal maupun horisontal serta akan mengkonsolidasikan masa yang lebih banyak lagi untuk memboikot kantor Kejaksaan Tinggi Negeri Sanana karna dipandang tidak mampu menangani kasus besar yang ada di kepulauan sula dan hanya mampu menyusahkan rakyat.
Demikian pernyataan ini kami buat sebagai bentuk keprihatinan kami terhadap anak negeri yang susah mendapat keadilan di tengah banyaknya lembaga pengadilan juga dengan kesungguhan hati agar kiranya sikap ini bisa menjadi bahan pertimbangan dan sebelumnya atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu Alaikum. Wr.Wb.
Sanana, 17 Oktober 2012
FORUM BERSAMA
HMI-PMII-PEMUDA PACASILA
KABUPATEN KEPLAUAN SULA
PENGURUS
HMI CABANG SANANA




SAHRUL TAKIM
KETUA UMUM
PENGURUS
PMII CABANG KEP. SULA




AJUAN UMASUGI
KETUA UMUM
PENGURUS
PEMUDA PANCASILA KEP. SULA





ISRA BUAMONA
KETUA UMUM
Tembusan :
1.       Kepada Yth ; Bapak Kapolri di Jakarta.-
2.       Kepada Yth ; Mahkama Agung di Jakarta.-
3.       Kepada Yth ; Ketua PB-HMI di Jakarta.-
4.       Kepada Yth ; Ketua PB-PMIIdi Jakarta.-
5.       Keada Yth ; Bapak Kapolda Maluku Utara di Ternate.-
6.       Kepada Yth ; Bapak Kapolres Kepulauan Sula di Sanana.-
7.       A r s i p.-

Minggu, 14 Oktober 2012

STRUKTUR ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN



Oleh: Syahrul Takim


A.      PENDAHULUAN
Dalam hidup manusia akan memperoleh kebahagiaan jika di dasarkan pada keselarasan dan keseimbangan hidup pribadi, dalam hubungan dengan masyarakat, bangsa, alam maupun dengan Tuhannya. Dengan demikian kekuatan manusia itu tidak hanya terletak pada fisiknya semata, juga kemampuan untuk bekerjasama dengan sesama manusia lainnya.
Pernahkan anda membaca yang diungkapkan oleh para futurist seperti Alvin Toffler, John Naisbit, Frank Feather, Kenichi Ohmae, Ervin Laszlo, Dimitri Mahayana dll.yang dapat kita pergunakan sebagai refrensi mengenai konten yang terkait dengan informasi masa depan bahkan infrmasi tersbut begitu banyak kita peroleh setelah memasuki abad 21.
Yang menjadi pertanyaan kita adalah begitu banyak informasi mengenai masa depan, adakah informasi itu dapat dimanfaatkan bagi anda untuk menggerakkan kekuatan berpikir. Inilah satu kenyataan yang kita hadapi bahwa begitu banyak infomasi yang kita miliki tapi kita tidak dapat mempergunakan kedalam suatu proses menjadi bermanfaat.
Oleh karena itu, diperlukan daya dorong untuk menggelorakan jiwa besar kepemimpinan untuk merubah dari pemahaman konten menjadi proses melalui kemampuan dengan membuat pertanyaan dengan mengungkit : Kesadaran dalam What to do ; Kecerdasan dalam Why to do it : Akal dalam How to do it ; Niat dan hasrat dalam When to do it. Dengan mengungkit alat pikiran melalui pertanyaan yang kita kemukakan tersebut, maka arus pikiran anda mampu menggerakkan energi dan informasi yang ada dalam diri anda berarti yang anda merencanakan bahwa tindakan hari ini lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
Dengan pemikiran tersebut dapat mendorong keinginan Tahuan untuk memahami lebih mendalam dalam menghadapi ketidakpastian, sehingga mencari jawaban bagaimana suatu pemahaman keorganisasian dapat diterima dan diterapkan dalam menyongsong gelombang perubahan dengan kesamaan visi dalam sebuah keorganisasian agar dapat menuntun pola pikir lama ke pola pikir baru artinya kesenjangan itu terjadi karena sikap dan perilaku kita yang bersifat reaktif, dalam menghadapi setiap masalah yang timbul. Sedangkan yang dibutuhkan adalah kemampuan menggelorakan jiwa besar managerial dalam usaha mencari jawaban atas “bagaimana cara membantu orang lain mencapai potensi penuh mereka”.
Sejalan dengan pikiran itu, maka diperlukan suatu kemampuan managerial keorganisasian untuk membangun dan mengembangkan prinsip-prinsip keorganisasian yang mampu memiliki kompetensi untuk menggerakkan orang lain menjadi suatu “kepribadian yang berkiblat kepada prestasi bukan kepada berkiblat kepada manusia”, sehingga mampu membangun iklim untuk menumbuh kembangkan makna aplikasi dari usaha-usaha yang berencana dan terarah dalam mendorong orang untuk melakukan perubahan dalam menggerakkan kekuatan berpikir dari yang reaktif menjadi proaktif.
Dalam keadaan operasional keorganisasian jelasnya membutuhkan kehadiran sosok pemimpin sebagai leader untuk menggerakkan atau mempengaruhi bawahan atau anggota untuk dapat berkerja sama dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Nabi SAW pernah berkata : "Jika ada tiga orang diantara kamu wajib ditunjuk satu orang sebagai pemimpin". Hadist diatas menerangkan bahwa betapa pentingnya mengorganisir banyak orang yang lebih dari dua, yang tentunya pula dalam satu pandangan dan tujuan untuk berbagi peran dan penghasilan. Misalnya pekerjaan itu adalah membuat bangunan maka tidak semua orang sama-sama menggergaji kayu, atau sama-sama mengaduk semen, namun harus ada yang bertugas sebagai arsitek, tukang, kuli dan lain-lain, maka iklim organisasi yang baik terletak pada kelengkapan fungsi dan wewenang keorganisasian yang dibagi secara proporsional.

B.       PENGANTAR MANAJEMEN DAN ORGANISASI
1.      Konsep  Manajemen.

Setiap kegiatan dimana saja dan apa saja yang melibatkan orang-orang dan memerlukan kerjasama, apakah itu kegiatan yang sifatnya profit oriented atau non profit oriented, pasti sarat dengan manajemen, seperti halnya mengelola, mngatur organisasi (Perusahaan), ormas atau perkumpulan olah raga dan lain sebagainya, baik pengelolaannya secara forml, modern atau tradisonal karena pola intinya manajemen itu adalah to manage, bagaimana mengatur, apa yang di atur dan siapa yang mengaturnya, kemudian untuk apa hal itu diatur. Pernyataan-pernyataaan diatas menggambarkan betapa sangat urgennya manajemen dalam pelaksanaan suatu organisasi sedangkan Pengertian Manajemen dari beberapa literature dapat di temukan sebagai berikut :
SP. Malayu Hasibuan, menggambarkan bahwa manajemen adalah sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan SDM (Sumber Daya Manusia) dan SDNM (Sumber Daya Non Manusia) lainya secara efekti dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Lebih lanjut GR Terry memberi pengertian bahwa manajemen Is Distince Process Consisting of Planning, Organising, Actuating and Controling Performed to Determme and accomplish stated objectives by us of human being and other resources.
Menurut Goerge R. Terry dan Leslie W. Rue dikemukakan bahwa : Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Menurut James A F Stoner dalam bukunya Management, diungkapkan bahwa : Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
T. Hani Handoko menyimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling).
Dengan demikian, manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan.
a.      Aktivitas Manajemen Organisasi
Secara khusus manajemen organisasi mempunyai dua tugas utama yaitu efektivitas dan efisiensi, dimana :
1)      effective is to do the right something. Dimana efektif merupakan pencapaian tujuan atau target.
2)      efficiens is to do the something right . sedangkan efisien adalah cara dalam mencapai tujuan atau taget tersebut dengan memperkecil pengeluaran atau pemborosan.
Sehingga dalam menjalankan roda organisasi dengan menggunakan sedikit mungkin sumberdaya namun mencapai tujuan yang maksimal.

b.      Aktivitas (Fungsi Utama) Manajemen
Aktivitas utama atau fungsi utama manajemen adalah :
1)      Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.
Gagal dalam merencanakan artinya merencanakan kegagalan, sehingga lebih baik bersimbah keringat di saat latihan daripada bersimbah darah di medan perang.
2)      Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien. (T.Hani Handoko)
Sedangkan fokus pada tahap pengorganosasian adalah :
a)      Apa saja tugas yang harus diselesaikan?
b)      Siapa yang yang mengerjakannya?
c)      Bagaimana tugas-tugas dikelompokkan?
d)     Siapa melapor ke siapa?
e)      Dimana keputusan harus dibuat?

3)      Aktualisasi (Aktuiting)
Penyusunan personalia (staffing) adalah penarikan (recruitment) latihan dan pengembangan, serta penempatan dan pemberian orientasi para karyawan dalama lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif. Dalam pelaksanaan fungsi ini manajemen menentukan persyaratan-persyaratan mental, phisik, dan emosioanal untuk posisi jabatan yang ada melalui analisa jabatan, deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan dan kemudian menarik karyawan yang diperlukan dngan karakteristik personalia tertentu. Seperti keahlian, pendidikan, umur, latihan, dan pengalaman. Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan seperti pembuatan sistem penggajian untuk pelaksanaan yang efektif; penilaian karyawan untuk promosi, transfer, atau bahkan demosi dan pemecatan; serta latihan dan pengembangan karyawan.
Beberapa literatur manajemen memasukan fungsi stafings sebagai sebagian dari fungsi organizing. Ada juga yang menempatkan stafing sebagai hal yang terpisah dari fungsi manajemen dan memperlakukan sebagai sebagian dari fungsi kepemimpinan (leadership). Dalam pembahasan disini, fungsi stafing diuraikan terpisah sebagai salah satu fungsi manajemen, karena penulis memandang bahwa perkembangan dunia bisnis (dimana sumberdaya manusia merupakan kunci sukses perusahaan) menyebabkan fungsi tersebut menjadi semakin penting. Tetapi dalam pembahasan selajutnya, fungsi ini ditetapka pada satu bagian dengan fungsi pengorganisasian untuk menekankan bahwa sebenarnya kedua fungsi tersebut saling berkaitan erat-pengorganisasian merancang ”wadahnya”, dan fungsi stafing memberi ”isinya”.
Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan disusun personaliannya, langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan untuk bergerak menujun tujuan yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan (leading), secara sederhana, adalah untuk membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus mereka lakukan. Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya, dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motifasi dan disiplin. Fungsi leading sering disebut dengan bermacam-macam nama, antara lain leading, directing, motifating, actuating atau lainnya.
Bila fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak menyangkut aspek-aspek abstrak proses manajemen, kegiatan pengarahan langsung menyangkut orang-orang dalam organisasi.

4)      Pengawasan (Controling)
Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan (controlling), atau sekarang banyak digunakan istilah pengendalian. Pengawasan (controlling) adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat positif maupun negatife. Pengawasan positif mencoba untuk mengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan efisien dan efektif. Pengawasan negatife mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi atau terjadi kembali.
Fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup empat unsur yaitu:
a)      Penetapan standar pelaksanaan,
b)      Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan,
c)      Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan, dan
d)     Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar.
Dengan demikian untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui proses manajemen tersebut, tentunya dimulai dari pada bagaimana memahami dirinya sendiri sebagai manajer atau pimpinan tentang gaya atau seni yang akan ditetapkannya, bagaimana kemampuan dan kecakapan yang dimilikinya dan srategi apa yang digunakan untuk mempercepat proses pelaksanaan pencapaian tujuan tersebut, yang pada akhirnya capaian yang diinginkan tersebut dapat berjalan secara efisien dan efektif atau berdaya guna dan berhasilguna. Manajemen yang baik adalah bagaiman alur implementasinya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, tanpa troble dan sesuai denga prinsip-prinsip dan fungsi manajemen, namun demikian dalam kenyataan operasional dilapangan tidak semudah dan segampang yang dibahas dalam berbagai teori manajemen, mengapa?
Dilihat dari segi kepentingan individu atau organisasi sering sekali sulit disingkronkan karena memiliki kepentingan yang berbeda yang apabila tidak dmampu sikendalikan maka akan terjadi apa yang disebut dengan Mess Manajemen, dengan katalain terjadinya penyimpangan yang pada ujungnya dapat merugikan organisasi itu sendiri atau bias saja pihak lain, hal inilah yang menjadi sebuah tantangan bagi seorang pemimpin organisasi, oleh karena itu seorang pemimpin yang baik tidak cukup hanya dibentengi kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, namun diperlukan sikap dan mental yang baik. Karena sikap dan mental yang baik tentunya dapat mengontrol dan mengimbangin keinginan yang kurang baik. Hubungan diantara fungsi-fungsi manajemen dapat dijelaskan pada gambar berikut ini : 


2.      KONSEP ORGANISASI
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip. Sementara Pengorganisasian berasal dari istilah organism yang merupakan sebuah entitas dengan bagian-bagian yang terintegrasi dimana hubungan mereka satu sama lain saling berkaitan secara utuh. Bisa juga diartikan sebagai sebuah tindakan yang mengupayakan hubungan prilaku efektif antara orang-orang yang dapat bekerjasama secara efisien sehingga memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas tertentu dalam lingkungan tertentu untuk mencpai tujuan dan sasaran tertentu sehingga singkat kata dapat simpulkan bahwa organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki.
Dan pada prinsipnya setiap organisasi harus memiliki tiga unsur dasar, yaitu :
a. Orang-orang (sekumpulan orang),
b. Kerjasama,
c. Tujuan yang ingin dicapai.

a.      Pengembangan Organisasi
1)      Pengertian Pengembangan Organisasi
Pengembangan Organisasi merupakan program yang berusaha meningkatkan efektivitas keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan individu akan pertumbuhan dan perkembangan dengan tujuan keorganisasian.
2)      Alasan akan pentingnya pengembangan Organisasi
a)      Perubahan adalah pertanda kehidupan
b)      Perubahan memberikan harapan
c)      Pengembangan merupakan tanggapan atas perubahan
d)     Pengembangan merupakan usaha untuk menyesuaikan dengan hal baru (perubahan)
3)      Metode Pengembangan Organisasi
a)      Metode Pengembangan Perilaku
b)      Jaringan Manajerial (managerial Grid)
c)      Latihan kepekaan
d)     Pembentukan Tim
e)      Umpan Balik Survei

b.      Fungsi-fungsi organisasi :
1)      Mengatur tugas dan kegiatan kerjasama sebaik-baiknya ;
2)      Mencegah kelambatan-kelambatan kerja serta kesulitan yang dihadapi ;
3)      Mencegah kesimpangan kerja ;
4)      Menentukan pedoman-pedoman kerja.

c.       Keuntungan-keuntungan Organisasi :
1)      Organisasi yang baik memberikan keuntungan sebagai berikut :
2)      Setiap orang akan mengerti tugasnya masing-masing ;
3)      Memperjelas hubungan kerja para anggota organisasi ;
4)      Terdapat koordinasi yang tepat antar unit kerja ;
5)      Menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan minat ;
6)      Agar kegiatan administrasi dan manajemen dapat dilakuakn secara efektif dan efisien.
d.      Bentuk organisasi.
Secara sederhana organisasi dapat diberi pengertian sebagai suatu system yang saling berpengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Lengkapnya dapat dinyatakan sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut pola tertentu, sehingga setiap anggotanya memiliki fungsi dan tugas masing-masing, utamanya lagi kesatuan tersebut mampunyai batas-batas yang jelas sehingga dapat dipisahkan secara tegas dari lingkungannya (Lubis dan Martin,1989).

e.       Otoritas dalam organisasi.
Ortoritas bisa diartikan kekuasaan resmi dan legal untuk menyurh fihak laian bertindak dan taat kepada pihak yang meilikinya. ketaaatan lahir bisa melalui persuasi, sanksi-sanksi, permohonanan, paksaan dan kekuatan. otoritas juga berkaitan dengan kekuasaan sebagai suatu pengaruh yangkuat yang bersifat mengendalikan atas pengarahan prialku seseorang. otoritas juga bisa diterima oleh bawahan dengan alasan untuk mencapai persetujuan dan diterima oleh pekerja lainnya. untuk memberikan sumbangsih kepada suatu tujuan yang dianggap berfaedah, gunamenghindari diterapkannya tidandakan disipliner, agar tidnakan sesuai dengan standar-standar moral yang berlaku selain untuk memperoleh balas jasa.


Ada berbagai macam otoritas yaitu:
a)     Otoritas garis (line authority).
Hubungan otoitas atasan-baahan, dimana seorang atasan mengambil keputusan dan memberitahukannya kepada seorang bawahan yang kemudian membuat keputsuan dan memberitahukannya kepada seorang bawahan lagi dan seterusnya membnetuk sebuah gars dari puncak sampai tingkatterbawah sebuah struktur organisasi.
b)     Otoritas staft
Perkataan staf secara arfiah berarti sebuah tongkat yang dipegang untuk menunjang tubuh. maka oleh karenanya otoritas staf semuala berarti otoritas yang dipergunakan untuk menunjang otoritas garis. staf diartikan bantan dan ia tujukan untuk membantu fihak yang memiliki otoritas.
C.      Tata Kerja Dan Mekanisme Organisasi
1.      Struktur Kekuasaan.
Kekuasaan dipegang oleh Kongres, Kofercab/Musyawarah Cabang dan Rapat Anggota Komisariat.
a.       Kongres. (Pasal 11 ART HMI)
1) Status Kongres
a)      Kongres merupakan musyawarah utusan Cabang-cabang.
b)      Kongres memegang kekuasaan tertinggi organisasi.
c)      Kongres diadakan 2 (dua) tahun sekali.
d)     Dalam Keadaan luar biasa, Kongres dapat diadakan menyimpang dari ketentuan pasal 11 ayat (c).
e)      Dalam keadaan luar biasa Kongres dapat diselenggarakan atas inisiatif satu Cabang dengan persetujuan sekurang-kurangnya melebihi separuh dari jumlah Cabang penuh.
2)      Kekuasaan / Wewenang (Pasal 12 ART HMI)
a)      Meminta laporan pertanggungjawaban Pengurus Besar.
b)      Menetapkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman-pedoman Pokok, Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) dan Program Kerja Nasional.
c)      Memilih Pengurus Besar dengan jalan memilih Ketua Umum yang sekaligus merangkap sebagai formateur dan mide formateur.
d)     Menetapkan Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi (MPK) Pengurus Besar.
e)      Menetapkan calon-calon tempat penyelenggaraan Kongres berikutnya.
f)       Menetapkan dan mengesahkan pembentukan dan pembubaran Badan Koordinasi (BADKO).

b.      Konferensi Cabang/Muscab (Pasal 14 ART HMI)
1)   Status Konferensi Cabang/Muscab

a)   Konferensi Cabang (KONFERCAB) merupakan musyawarah utusan Komisariat.
b)   KONFERCAB merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi di tingkat Cabang.
c)   Bagi Cabang persiapan diselenggarakan Musyawarah Anggota Cabang (Muscab).
d)  KONFERCAB / MUSCAB diselenggarakan satu kali dalam setahun
2)      Kekuasaan Dan Wewenang (Pasal 15 ART HMI)
a)   Meminta Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Pengurus Cabang.
b)   Menetapkan Pedoman Kerja Pengurus Cabang.
c)   Memilih Pengurus Cabang dengan jalan memilih Ketua Umum yang merangkap sebagai Formateur dan dua Mide Formateur.
d)  Menetapkan Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi (MPK) Pengurus Cabang.

c.       Rapat Anggota Komisariat (RAK) (Pasal 17 ART HMI)
1)      Status Rapat Anggota komisariat (RAK)
a)      Rapat Anggota Komisariat (RAK) merupakan musyawarah Anggota Biasa Komisariat.
b)      RAK diadakan satu kali dalam satu tahun.
2)      Kekuasaan Dan Wewenang (Pasal 18 ART HMI)
a)      Meminta Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Pengurus Komisariat.
b)      Menetapkan Pedoman Kerja Pengurus Komisariat dan Program Kerja Komisariat.
c)      Memilih Pengurus Komisariat dengan jalan memilih Ketua Umum yang merangkap sebagai formateur dan kemudian dua mide formateur.
d)     Menetapkan Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasu (MPK) Pengurus Komisariat.

D.      Penutup
1.      Kesimpulan.

Dari pembahasan mengenai Struktur Organisasi dan Kepemimpinan dalam menjalankan kegiatan organisasi HMI maka perlu kiranya diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :
1.  Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai dengan perpaduan antara ilmu dan seni lewat proses sistematis, terkoordinasi, terintegrasi, dan kooperatif dalam memanfaatkan unsur - unsur 6M yang kesemuaan itu baru dapat diterapkan, jika ada 2 orang atau lebih melakukan kerjasama dalam suatu organisasi yang memiliki (POAC).
2. Organisasi hanya merupakan alat atau wadah dalam mencapai tujuan dalam proses implementasinya harus berpedoman bagaimana mengorganisasikan menciptakan kerjasama pasti bisa dalam pencapaian keseimbangan dan keharmoniskan dalam lingkungan organisasi.
B.  Saran
Dekade ini ditandai dengan berkembangnya konsep IT (Institutional Technology), penggunaan tehnologi mendominasi semua aktivitas, dan merupakan kesadaran awal akan pentingnya pengembangan tehnologi. Tehnologi yang bukan tehnologi inti (core technology) ditransfer ke Negara-Negara dunia ketiga.
Kegiatan keorganisasian terfokus pada penyesuaian dengan kebutuhan lapangan dan lebih berorientasi pada peningkatan sumber daya manusia, dan modal. Organisasi dekade ini memandang pentingnya kerjasama antara supplier dan pelanggan, oleh karena itu untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan organisasi harus betul-betul mendesain produk secara baik sebelum dilepas ke pasaran.
Ide-ide yang berkembang pada organisasi dekade ini adalah pemikiran tentang kompetensi mendasar yang harus dimiliki organisasi, sistem manajemen yang terintegrasi, partisipasi dan demokratisasi dalam organisasi. Perkembangan masa datang sangat dipengaruhi oleh berkembangnya akumulasi perkembangan tehnologi.
Situasi lingkungan dan organisasi akan bergantung terhadap apa yang akan diperbuat dalam tehnologi sebagai efek berkembangnya tehnologi inormasi (effect of full IT implementation).
Sehingga peran management merupakan suatu keharusan yang tidak dapat di lepas pisahkan dengan pengembangan organisasi sebagai bentuk pengarahan, pengaturan dan pengelolaan dalam rangka pencapaiaj tijuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Managemen yang baik akan melahirkan kualitas organisasi yang baik pula, yang bersumber dari kepuasan bersama serta peran manager dalam menjalankan fungsinya di setiap aspek kehidupan berorganisasi turut mempercepat pencapaian target organisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Hafidzi, Z.A. "Diktat Pcngantar Manajemen ", Fakultas Ekonomi, 2002,
George, R. Terry, "'Asas-asas Manajemen", Cet.II; Jakarta: Pustaka Raya, 1979.
SP. Siagian, "Teori dan Praktik Kepemimpinan, Cet.II; Jogjakarta: Rineka Cipt, 1999
Konstitusi Himpunan Mahasiswa Islam; Hasil-Hasil Kongres XXVI, Palembang: PB HMI 2008