Label

Sabtu, 13 Oktober 2012

Berantas Politik Etnis Wujudkan Pemilu Damai



Oleh : Sahrul Takim

Pimilihan kepada daerah yang selanjutnya di sebut PILKADA merupakan ajang kedaerahan yang sangat bergengsi, di samping melibatkan peran masyarakat dalam menentukan vigur yang memimpin lima tahun sula kedepan, juga menetukan arah dan program yang bersumber dari kebutuhan masyarakat. Sistem tersebut yang sengaja di terapkan di negara ini lebih khusus di daerah ini untuk mewujudkan makna dasar dari demokrasi tersebut, yang ditandai dengan segala perkembangan pembangunan bertolak dari rakyat  oleh rakyat dan untuk rakyat.
Pilkada ini diharapkan berlangsung secara damai, juga hasil dari hajatan berdemokrasi ini menentukan ikatan solidaritas sosial seluruh warga masyarakat kabupaten kepulauan sula, apapun pilihan politiknya, hal ini segabagai ungkapan harapan kita agar siapun yang terpilih pada pilkada ini memiliki wawasan pemikiran politik bahwa ia menjadi pemimpin daerah untuk semua warga masyarakat yang terdiri dari tiga pulau ini, tidak hanya terbatas pada kelompok yang diperkirakan sebagai pendukungnya.
Seharusnya diakui bahwa jam terbang kita berdemokrasi masih sarat, oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan demokrasi di pahami hanya sekedar menang untuk menang, bukan menang untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran yang guna wujudkan pembangunan kepulauan sula, menuju masyarakat yang  maju, mandiri, sejahtra dan berkeadilan.
Mempertentangkan etnisitas dalam pilkada ini tidaklah menguntungkan paradigma pemikiran dalam pendirian bangsa, oleh karena itu yang seharusnya diberi dasar pada masyarakat sula adalah, pembangunan oleh semua dari semua dan untuk semua. Betapa kecilpun kelompok etnis ataupun besar semuanya memiliki hak dan kewajiban yang sama, demikian pula misalnya suku yang terdapat di Kepulauan sula ini seperti suku Fatcey, Falahu, Fagudu dan Mangon yang tersebar di tiga pulau (Sulabesi, Mangole dan Taliabu) sama sekali tidak memiliki perbedaan hak dan kewajiban sebagaimana hal yang sama juga dipahami terhadap suku-suku lainnya di sula.
Sementara masih ada juga permainan politik dalam pilkada ini yang membeda-bedakan latar belakang suku dan bahasa orang sula, maka cara berpikir demikian adalah suatu cara berfikir yang Set-Back atau kemunduran yang luar biasa, demikian pula hendak dipahami bahwa dengan pilkada tidak akan berdampak pada naik turunnya kualitas suatu etnis (suku) tertentu karna yang akan dihasilkan bukan hanyalah pemimpin etnis namun pemimpin sula (Bupati), artinya menjadi kepala daerah disinilah merupakan kriteria keberhasilan pilkada tersebut.
Terlepas dari itu semua harapan pilkada di Kabupaten Kepulauan Sula menjadi pilkada yang bermutu yaitu pemilihan yang menghasilkan kepala daerah yang berkualitas dan telah siap dengan berbagai program peningkatan pembangunan daerah ini sehingga potensi Kepulauan Sula dapat diperhitungkan secara nasional sebagai daerah teladan yang bermuara pada terwujudnya peningkatan kehidupan masyarakat yang sejahtra.
Oleh karena itu ketiga pasangan Calon Bupati dan wakil Bupati yang  berkompetisi pada pilkada ini semuanya diharapkan telah memiliki kesiapan fisik, mental dan wawasan pengetahuan dalam membingbing daerah Sula ini memasuki daerah pembangunan baru, sehingga posisi daerah ini yang sebelumnya dikenal dengan slogal sebagi   Hai Bamok di harapkan menjadi kabupaten yang maju, mandiri, sejahtra dan berperadaban di atas landasan semangat keberagaman.
Sekian............................!                                                              
Sanana....................................2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar